Minggu, 31 Oktober 2010

Mbah Marijan Among 25 Killed as Indonesia Volcano Death Toll Rises

Mount Merapi, Indonesia. The death toll from the eruption of Indonesia’s Mount Merapi rose to 25 on Wednesday, including an elder known as the volcano’s spiritual gatekeeper, officials said.

The traditional gatekeeper, Mbah or grandfather Marijan, was found dead in his burnt house about four kilometres (2.5 miles) from the peak, local officials said.

“At least 25 people were killed, including Mbah Marijan. A reporter and two volunteers were also killed,” said Banu Hermawan, spokesman for Sardjito hospital in nearby Yogyakarta.

No eruptions had been recorded since Tuesday when Mount Merapi, which means “Mountain of Fire”, sent searing gas and molten lava into the sky on at least 10 occasions, a government expert said.

“Although Merapi has not erupted again since yesterday, people should remain in shelters,” volcanologist Surono said.

Authorities may have saved many lives when they ordered thousands of people to flee from a 10-kilometre danger zone on Monday, after raising the threat level for the volcano to red, the highest possible.

The order affected about 19,000 people but it was not clear how many had obeyed and moved to temporary shelters.

The 2,914-metre (9,616-foot) Mount Merapi, 400 kilometres east of Jakarta, is the most active of the 69 volcanoes with histories of eruptions in Indonesia.

It last erupted in June 2006 killing two people, but its deadliest eruption occurred in 1930 when more than 1,300 people were killed. Heat clouds from another eruption in 1994 killed more than 60 people.

The volcano has special significance for the people of Java island as it is one of four places where officials from the royal palaces of Yogyakarta and Solo make annual offerings to placate the spirits of Javanese mythology.

Indonesian President Susilo Bambang Yudhoyono, in Hanoi for an ASEAN summit, will return home early because of twin disasters — including the earthquake an tsunami disaster in West Sumatra — at home, an ASEAN source said Wednesday.
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
I. PENDAHULUAN
Usia Dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar sepanjang rentang perkembangan dan pertumbuhan kehidupan manusia. Pada masa usia dini semua potensi anak berkembang sangat cepat. Fakta yang ditemukan oleh ahli-ahli neorologi, menyatakan bahwa 50% kapasitas kecerdasan manusia telah terjadi ketika usia 8 tahun. Pertumbuhan fungsional sel-sel syaraf tersebut membutuhkan berbagai situasi pendidikan yang didukung, baik situasi pendidikn keluarga, masyarakat, maupun sekolah.
Perubahan pandangan dalam dunia pendidikan dan berbagai perkembangan dalam ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni (IPTEKS) membawa dampak pada pada berbagai aspek pendidikan, termasuk pada kebijakan pendidikan. Jika pada awal-awal kemerdekaan, fokus perhatian pemerintah lebih tertuju pada jenjang pendidikan dasar, menengah dan tinggi, maka secara secara berangsur-angsur setelah itu perhatian pemerintah juga tertuju pada pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yaitu PAUD (Pendidikan Anak Usia Diani).

II. RUMUSAN MASALAH
A. Pegertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
B. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
C. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
D. Landasan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
E. Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)


III. PEMBAHASAN
A. Pengertian PAUD
Pendidikan adalah usaha yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah tingkah laku manusia kearah yang diinginkan. Dapat dikatakan jika selama proses pendidikan berlangsung tidak terjadi perubahan dalam perilaku anak, maka gagal lah pendidikan itu.
Pendidikan dapat diartikan juga pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhan (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakat.
Dalam bahasa Romawi (termasuk bahasa Inggris) dengan istilah ”educare” yaitu mengeluarkan dan menuntun. Istilah ini menunjukkan tindakan untuk merealisasikan “inner DK aanleg” atau potensi anak atau potensi anak, yang dibawa waktu lahir didunia. Educare berarti “membangun” kekuatan terpendam atau mengaktiver kekuatan potensi yang dimiliki anak.
Pendikan dapat ditinjau dari 2 segi, yakni dari segi pandangan masyarakat dan dari segi pandangan individual. Dari segi pandangan pendidikan berarti pewaris kebudayaan dari generasi tua kepada yang muda agar hidup masyarakat itu tetap berkelanjutan. Sedang dari pandangan individu, pendidikan berarti pengembangan potensi-potensi yang tersembunyi.
Anak usia dini yaitu kelompok manusia yang berusia 0-6 (di Indonesia). Adapun menurut pakar pendidikan anak, yaitu kelompok manusia usia )-8. Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, cipta, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serat agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak.

Anak usia dini terbagi dalam 4 tahapan:
1. Masa bayi lahir sampai 12 bulan.
2. Masa toddler (balita) usia 1-3 tahun.
3. Masa pra- sekolah usia 3-6 tahun.
4. Masa kelas awal sampai dengan 6-8 tahun.
B. Konsep Dasar PAUD
Undang-undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah mengamanatakan dilaksanakannya pendidikan kepada seluruh rakyat Indonesia sejak usia dini, yakni sejak anak dilahirkan. Disebutkan dengan tegas bahwa dalam undang-undang tersebut bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (pasal 1, butir 14). Selanjutnya dinyatakan dengan tegas dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 (pasal 28) antar lain bahwa PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, dan PAUD dapat diselenggarakan dalam jalur pendidikan formal (seperti Taman Kanak-kanak, Raudhatul Athfal atau bentuk lain yang sederajat), jalur pendidikan non formal (seperti Penitipan Anak , Kelompok Bermain, atau bentuk lain yang sederajat), serta jalur pendidikan in-formal seperti PAUD dalam keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Proses pendidikan dan pembelajaran pada anak usia dini (PAUD hendaknya dilakukan dengan tujuan memberikan konsep yang bermakna bagi anak melalui pengalaman nyata. Hanya pengalaman nyatalah yang memungkinkan anak menunjukkan aktifitas dan rasa ingin tahu secara optimal dan menempatkan posisi pendidik sebagai pembimbing, pendamping dan fasilator bagi anak. Melalui proses pendidikan diharapkan dapat menghindari pembelajaran yang hanya berorientasi pada kehendak guru yang menempatkan anak menjadi pasif dan guru lebih dominan.
PAUD diajarkan melalui cara bermain, dengan begitu tidak merampas haknya. Semua itu untuk melejitkan potensi anak, dari motorik, bahasa, kognitif, emosional dan social dengan mengedepankan kebebasan memilih merangsang kreatifitas dan penumbuhan karakter, “ujar Sumirah staf Dinas Pendidikan DIY sast berlangsung Lokakarya Pendampingan PAUD, Minggu (31/8) di Fakultas Psikologi UGM.
C. Tujuan PAUD
Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaiakan diri dengan lingkungannya serta membentuk anak Indonsia yang berkualitas, dimana anak akan tumbuh dan berkembang sesuai tingkat perkembangannya hingga memiliki kesiapan optimal dalam memasuki pendidikan dasar, serta mengarungi kehidupan dimasa dewasanya.
Anak dapat dipandang sebagai individu yang baru mulai mengenal dunia. Ia belum mengetahui tata krama, sopan santun, aturan, norma, etika dan berbagai hal tentang dunia. Ia juga sedang belajar berkomunikasi dengan orang lain dan belajar memahami orang lain. Anak perlu dibimbing agar mampu memahami berbagai hal tentang dunia dan isinya. Ia juga perlu dibimbing agar memahami berbagai fenomena alam dan dapat melakukan ketrampilan-ketrampilan yang dibutuhkan untuk hidup di masyarakat. Interaksi anak dengan benda-benda dan orang lain diperlukan, agar anak mampu mengembangkan kepribadian , watak, dan akhlak yang sangat berharga untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme, agama, etika, moral, dan sosial yang berguna untuk kehidupan anak selanjutnya. Oleh karena itu, pendidikan anak usia dini (PAUD) sangat dianjurkan agar anak memiliki kesiapan yang sangat matang dan menjalani kehidupan dimasa depannya.

D. Landasan PAUD
Ada 3 landasan:
1. Landasan Yuridis.
a. Tersirat dalam UUD 1945 pasal 28 ayat 2.
b. Konvensi hak anak melalui keppres no. 36 tahun 1990.
c. UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, dimana PAUD dibahas pada bagian ke-7 pasal 28 yang terdiri dari 6 ayat.
d. PP no. 39 tahun 1992 mengenai peran serta masyarakat dalam pendidikan nasional.

2. landasan empiris.
3. landasan keilmuan.
E. Prinsip PAUD
Prinsip pelaksanaan program PAUD harus mengacu pada prinsip umur yang terkandung dalam konvensi hak anak, yaitu:
1. Nondriskiminasi, dimana semua anak dapat mengecap pendidikan usia dini tanpa membedakan suku bangsa, jenis kelamin, bahasa, agama, tingkat sosial serta kebutuhan khusus setiap anak.
2. Dilakukan demi kebaikan terbaik untuk anak ( the best interest of children), bentuk pengajaran, kurikulum yang diberikan harus sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif, emosional, konteks sosial budaya dimana anak-anak hidup.
3. Mengakui adanya hak hidup, kelangsungan hidup dan prkembangan yang sudah melekat pada anak.
4. Penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the views of the child) pendapat anak yang menyangkut kehidupannya perlu mendapat pehatian dan tanggapan.
Dengan pendidikan yang diberikan pada anak usia dini yaitu untuk menyiapkan potensi kecerdasan yang dimiliki anak. Jika kita berupaya untuk mencerdaskan anak-anak kita diperlukan semangat,kepedulian, kerja keras, pengorbanan, dan pemahaman yang baik tentang pendidikan.
Dalam perspektif psikologi pendidikan, kecerdasan dianggap sebagai kemampuan mental terhadap suatu persoalan, ada 3 faktor penting yang menengarai kecerdasan seseorang, yakni penilaian (judgement), pengertian (comprehensian) dan penalaran (reasoning).
Bukan hanya kecerdasan intelektual saja yang dipersiapkan, bahkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.
Menurut pandangan Gordner yang didasarkan atas teori multicultural, menurutnya ada 7 macam kecerdasan atas teori atau yang sering disebut dengan multiple intelegensi (MI):
1. Intelegensi Linguistik Verbal (verbal-linguistik intelegensi).
2. Kecerdasan matematis-logis (logical-mathematical intellegennce).
3. Kecerdasan ruang visual (visual-spatial intelegence).
4. Kecercasan kinestetik atau gerakan fisik (kinesthetic intelegence).
5. Kecerdasan musik (musical intelegence).
6. Kecerdasan hubungan sosial (interporsonal intelegence).
7. Kecerdasan kerohanian (intrapasonal intelegence).


IV. KESIMPULAN
Dari apa yang telah diuraikan pada bagian-bagian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pentingnya penidikan anak usia dini menyiapkan potensi kecerdasan anak, pendidikan anak usia dini yaitu suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga umur 6 tahun secara menyeluruh yang mencakup aspek fisik dan non-fisik, dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritualan), motoeik, akal pikir, emosional dan sosial yang tepet agar anak tumbuh dan berkembang.
Sedangkan pentingnya pendidikan anak usia dini adalah agar anak dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya melalui berbagai pemberian rangsangan dari orang dewasa dan lingkungan sekitar.

V. PENUTUP

Demikian makalah ini kami susun dengan tanpa adanya unsur plagiasi didalamnya. Penyusun sadar betul dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan yang harus dibenahi untuk menuju proses kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik konstruktif sangat kami harapkan. Semoga bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca yang budiman pada umumnya.














DAFTAR PUSTAKA

Dewi Salma Prawiradilaga dan Evelin Siregar, Mozaik Tekhnologi Pendidikan, Prenada Media, jakarta, 2004.
Drs. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis; PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2003.
Mursid, Manajemen Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini, (Semarang: AKFI media, 2009).
Slamet Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Hikayat Publising, 2005.
Dr. Mansur, M.A, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005

Jumat, 29 Oktober 2010

Pada Sebuah Ranjang

Kekasihku, jangan bersedih..........!
Tidurlah dan bermimpi.
Ke negeri kehampaam, kehangatan kasiiih
Lahan per-lahan, perlahan-lahan menghampar hampa kasiih.
Usai impianmu rangkai cerita,
t'lah kau jumpai tawa canda.
Dan biar kelak anak-anakmu kan percaya, perca-perca cerita tentang tawa canda.
Dan biar kelak anak-anakmu kan pergaya bualaanmu.
Jangan kau bersedih......! (Sujiwo Sutejo).